(untuk Raiga Ferdinand)
Angin bertiup tanpa batas, lembut
Menyapa pohon cemara besar
Yang lelah di pinggiran jalan
Ilalang bergoyang sambut datangnya
Angin yang terbatuk dari utara
Melumat asa - tak berbalas
Sepi,
Harmoni pun sepi
Sesepi rel kereta stasiun Beos
Saat jarum jam berdetak
Untuk yang kesekian kalinya
Angin bertiup tanpa batas, lambat
Di langit Jakarta ataupun Karawang
Rindu membakar dada – kian panas
Bertiupkah angin di langit Moskwa
Yang kau tatap dengan mata cerahmu?
Mata yang sama cerahnya dengan tiupan angin utara
Yang kurindukan
No comments:
Post a Comment