Lama terhembus tanpa arah
Tapi tetap berujung belenggu
Pada satu kembara bebas yang terlupa
Ku tak peduli pada kabar oleh angin
Tentang langit disana
Sebab duka awan kelabu
Membikin tuli kedua kupingku
MAAF tak kuasa menutup lubang
MASA gagal mengisi hampa
Satu rupa kerap mendidihkan darah
Dada menggeram tak berdaya
Jika kurobek langit biru itu
Dan kuisi dengan darahku
Akankah Ia ingat tentang malam – malam
yang kuhabiskan
Dengan pena serupa belatiMenerjang, menikamnya berkali – kali
Lalu kukuliti dosanya tanpa henti
Hingga tiba masanya
Sang pengkhianat benar – benar mati
Dalam puisi – puisi
Radio Dalam, 5 Februari 2009
No comments:
Post a Comment