Thursday, September 2, 2010

DENDAM

Kembara hati yang sunyi senyap
Lama terhembus tanpa arah
Tapi tetap berujung belenggu
Pada satu kembara bebas yang terlupa


Ku tak peduli pada kabar oleh angin
Tentang langit disana
Sebab duka awan kelabu
Membikin tuli kedua kupingku


MAAF tak kuasa menutup lubang
MASA gagal mengisi hampa
Satu rupa kerap mendidihkan darah
Dada menggeram tak berdaya


Jika kurobek langit biru itu
Dan kuisi dengan darahku
Akankah Ia ingat tentang malam – malam
yang kuhabiskan
Dengan pena serupa belati
Menerjang, menikamnya berkali – kali
Lalu kukuliti dosanya tanpa henti

Hingga tiba masanya
Sang pengkhianat benar – benar mati
Dalam puisi – puisi


Radio Dalam, 5 Februari 2009

No comments:

Post a Comment