Tuesday, September 20, 2011

DUA PULUH DUA

Dua puluh dua

Angin waktu menghembusku ke arah dua puluh
dua

Di pagi yang sama untuk yang ke dua puluh dua

Hitam dan putih yang mencorengku

Berbaur jadi abu – abu

Sewarna awan kelabu

Membikin aku menjadi aku


Di hari yang sama untuk yang ke dua puluh dua

Tercetus makna menjadi ada

Berpadu pusaran sukaria – dukacita

Kukecap nikmat menjelma manusia


Lewat paparan puisi – puisi usang

Kusisir waktuku yang hilang

Terbakar api kunang – kunang


Memanjat kupahat tebing penghalang

Aku terlahir sebagai pembangkang

Sayatan pedang tak buatku tumbang

Perihal manusia bukan penghalang

Darah dan nanah tercecer di belakang

Melesat terbang diatas padang ilalang

Dan aku tak ingin pulang


Dua puluh dua

Hidup berwajah segala rupa

Menapaki ruang – ruang hampa


Dua puluh dua

Jiwaku bebas merdeka

Menyusuri semesta

Menggema angkasa raya


Di pagi yang sama untuk kali ke dua puluh dua

Aku kembali dengan jiwa dewasa

Meretas jalan menuju binasa

Sambil angin waktu merenggutku

Menuju

Dua - puluh - tiga



Jakarta, 16 Mei 2007

DI CIKINI

Jakarta Pusat tetap temaram

Memanggil kenangan yang muram

Merunut masa serba kelam

Lembar – lembar buram yang tercoreng suram


Deru kereta melintas Stasiun Cikini

Membuka dan menutup hari

Bercerita tentang mereka yang pergi

Mengabarkan dimulainya ziarah pagi


Kupikir nikmat dunia ada disana

Kala gairah membuncah di dada

Dan mereka bersabda atas nama cinta

Pada iblis yang bersarang di Megaria


Kembang goyang terbuang

Nafsu jahanam yang terlarang

Janji semu kaku membayang

Luka jiwa perih meradang


Cerita CENTRALISMO* yang usang

Menggema ditengah beton – beton bertulang

Siulan hotel murah berneon terang

Menggelar kenikmatan delapan jam kurang


Banci-banci menor Taman Lawang

Di Patung Proklamasi

bocah – bocah telanjang menggelandang

Si tua Menteng Prada masih menjulang

Taman Suropati tak pernah lapang


Dibawah tulisan “STASIUN CIKINI”

Sendiri aku menerawang

Menjejak aspal menggapai ruang

Asap menyumpal kerongkongan gersang

Dalam sesak kembali kukenang


Di Cikini, disini

Nyawa anaknya terbang melayang


McDonalds Cikini, 14 Mei 2007

Revised : 31 Juli 2008

*judul album perdana SORE Band yang bercerita tentang
Jakarta Pusat

DUNIA TANPA SUARA

Satu setengah jam menuju Jakarta

Setengah tertidur dalam kereta

Melalu petak-petak sawah rata

Coklat, gersang tanpa rumah bata



Sepasang tunarungu bercanda

Di hadapanku mengurai tawa

Sesekali salah satunya menyeka airmata

Mencari makna dalam dunia tanpa suara



Sepi,

Tak ada yang mau mengerti

Isyarat tangan penuh arti

Yang disampaikan dalam bahasa sunyi

Dalam pandangan yang beradu

Mereka berseru

Ke dalam hati aku

‘TUHAN YANG BUAT KAMI BISU!’


Dan aku yang biasa lantang

Diam terpaku patah arang

Karena Tuhan kembali menang

Meski ku meradang menantang perang


K A Cirebon Ekspress, 10 Mei 2007

DEADLINE

Mati lampu

Dalam gelap terpaku

Di sudut kasur

Mendengar ketukan rintik hujan di jendela

Dan badai pikiran yang menggila

Menanti eksekusi dalam tiga hari

Mengukur kubur yang kugali sendiri

Merupa mimpi tentang epilogue yang kini

kurangkaki dan kutangisi



Kelapa Dua, 25 April 2007

IN SEARCH OF THE ALMIGHTY



Aku mencari Tuhan

Di dalam hati yang tertutup awan

Tengah malam mencekam

Dan semua diam

 
Hidup yang bergerak, berderak

Dalam satu kebenaran mutlak

Akankah aku menemu

surga di dalam kitab berdebu

 
Dengan pikiran mabuk

dan nurani kian membusuk

Dalam sebuah bangsa terkutuk

Aku semakin terpuruk

 

McCafe Sarinah, 15 Maret 2007

KEMBALI KE LAUT LEPAS

(untuk Paijo)


Suatu hari ketika biru itu memudar

Ksatria berkuda yang menghilang

Malaikat tersalib terbang melayang

Dan aku masih meradang

Sosok bagai Piet berjelaga datang

Tak menyapa bagai bebek pulang kandang

Ah, aku gelisah menerawang

Cinta dan nafsu kembali berperang

Selalu kucoba dalam diam

Dengan mulut terkatup dan gejolak teredam

Namun dibalik sosok setengah menghitam

Kembali ku menemu rindu dendam

Yang kucari di gelap riuh rendah malam

Yang kutulis dengan seribu kalam

Di tengah laut lagi timbul tenggelam

Kembali ku diam menunggu karam

Paijo! Dalam hati kau kupendam!

Jakarta, 5 Maret 2007

Saturday, September 17, 2011

Setahun Sudah

Setahun sudah terbengkalai blog saya ;)

masih terlalu banyak yang perlu diunggah, apa daya uang mengalihkan segalanya.
setelah ini akan masuk banyak entri, karena waktu mulai berpihak pada saya.

Sungguh saya ini hanyalah penulis kambuhan ;p

Salam Jabat Erat

-ditha-