Monday, May 7, 2012

Senja di Tepi Laut



Terkadang Senja terlalu gelap, saat angin Laut berlomba menuju pantai
Mengecup Nyiur dengan suara-suara kebebasan dari atas langit
                          larut terhambur diatas pasir lalu bergulung ditengah karang.

Terkadang Nyiur yang menggiring Senja pergi ke tengah Laut.
Tapi lambaian Nyiur tak lagi merayu seperti dulu
                          kala Senja masih malu-malu.

Laut masih gelap, dingin dan menggetarkan nyali.
Mari hanya bermain di pantai karena kita tak pernah tahu
                         selepas itu
                         kapan ia kan menelan kita hidup-hidup.

Jika Senja hilang tertelan Laut pasang
                        maka pulanglah ke peraduan dengan hati lapang.
Dan jika hati belum lagi lapang
Maka lihatlah! Esok pagi Sinar kan tercurah tiada habis diatas Laut
                        membuatnya beriak hangat, berkilau riang hingga keemasan.

Tak seperti pijar Senja yang merah meredup
menunggu malam yang terjatuh
                       dan riuh ombak semakin nyaring. Semakin bising!

Senja menjauh gelisah dan berbisik ke tepi Laut
                       
                        Selamat tinggal Nyiur yang rapuh.....!
 
Hari itu, Senja terakhir di tepi Laut terasa sungguh singkat
                      karena Senja tak kan lagi kembali.
                      Ia mangkat terlalu cepat!



Jakarta, 12 Maret 2012