Aku tak pernah ingat lagi
Neraca waktu dan segala yang bergerak di dalam jam
Karena hari pun aku lupa
Tanggal cuma bilangan hampa yang berulang
Kadang ibu mengingatkan aku
jarum jam itu masih sahih menentukan kedewasaanmu
Dan bilangan kelak akan habis di penghujung kekar ragamu
Maka siagalah akan waktu, jangan pernah lengah
Ada berapa manusia yang menuhankan waktu?
Yang mematri waktunya di dalam arloji
Yang merindu ketika waktu mempersingkatnya
Yang meruncing ketika waktu mengerutkan kulitnya
Yang melepas ketika waktu menolak perpanjangannya
Padahal Ibu cuma tahu waktu dari kalender
Dan jam dinding di kamar tidurnya
Tapi ia tahu kapan waktu anaknya akan habis
Ia tak mau aku terkikis saat raut senyumnya kian menipis
Lagi-lagi ibu akan mengingatkanku
Waktu juga akan mengeringkan rahim dan kelenjar susu
Lalu aku disuruh berjaga lagi
Dan ia akan tetap begitu, sampai aku dijalari nestapa akan waktu.
Bagaimana jika ia lebih gesit dari firasatku?
Bagaimana jika ia lebih licik dari siasatku?
Hingga aku gelap terselubung bayang kecemasan,
bila kelak waktu lah yang akan datang baik-baik kepadaku..
Dan meminta untuk mengambil Ibu.
Jakarta, 21 Maret 2013
No comments:
Post a Comment