Katakanlah padaku kau akan pergi
Kala mendung belum lagi hujan
Dan waktuku belum kau tepati
Akulah sumur tempatmu mandi
Airnya kau teguk dan kotori
Sedang kini dangkal diserap kemarau
Kelak jika kau tiba-tiba minggat
Kan kukabari orang-orang desa bahwa kau telah mati
Sambil kusumpahi sampanmu kandas dihantam karang
Ah, aku ini mengapa mendengki?
Mungkin ini benih yang dulu kau semai
Lalu setia kupupuk dalam hati
Lalu mengapa kau harus gentar?
Bukankah Tuhan terkadang pilih kasih
Hingga ladang tak pernah gersang dipijakmu
Mungkinkah kau gusar karena terbayang
Bahwa kau akan selamanya meninggalkan
Jiwa kecil yang mati di ujung dermaga?
Jakarta, 13 Februari 2010
No comments:
Post a Comment